Pasar saham Asia sebagian besar melemah pada perdagangan Senin (11/09/2023), dimana saham teknologi jatuh karena meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Sementara dolar bersiap untuk membukukan kenaikan terpanjang dalam 9 bulan karena pasar masih terdampak sentimen suku bunga lebih tinggi dan lebih lama. Wall Street ditutup lebih tinggi pada perdagangan Jumat lalu, tetapi belum cukup untuk mencegah penutupan minggu ini dari kerugian. Yield Treasury mengalami kenaikan mingguan ditengah ketakutan Fed akan tetap pada kebijakan suku bunga lebih tinggi untuk waktu lebih lama.
Presiden Fed Dallas Lorie Logan, pekan lalu menegaskan ide untuk September Skip, namun “masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.” Dolar AS ditutup lebih rendah pada perdagangan akhir pekan lalu, meski masih tetap berada pada jalur kenaikan mingguan 8 kali berturut-turut karena data ekonomi AS yang tangguh. Indeks dolar turun 0,2% ke 104,80, masih belum jauh dari level tinggi 6 bulan di 105,15.
Data ekonomi AS dan komentar Pejabat Fed menimbulkan harapan adanya kenaikan suku bunga ke depannya.
Sementara ekonomi Eropa masih berjuang menjauhi deflasi, dimana ECB mengalami ketidakpastian setelah menaikan suku bunga dalam 9 pertemuan terakhir.
Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengatakan bahwa bank tersebut berpotensi mempertimbangkan peralihan dari suku bunga negatif, mengakhiri dukungan moneter selama beberapa dekade.
Fokus minggu ini adalah pada data inflasi AS, yang akan dirilis pada hari Rabu, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter dan jalur suku bunga. Data tersebut juga akan dirilis hanya seminggu sebelum pertemuan Federal Reserve, di mana bank tersebut akan mempertahankan suku bunganya.
Harga emas jatuh pekan lalu, setelah dolar AS melonjak naik yang dipicu oleh beberapa data ekonomi AS yang masih tangguh. Pasar emas akan beralih fokus pada data inflasi AS yang akan rilis minggu ini, karena emas cukup sensitive terhadap kebijakan pengetatan bank sentral.
Outlook EURUSD
