Pasar saham Asia menguat pada hari Kamis (09/11/2023), setelah pasar saham AS mencapai kenaikan beruntun terbaik dalam dua tahun terakhir, karena investor masih berpegang teguh pada harapan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya. Wall Street naik sedikit pada hari Rabu, dimana indeks utama S&P 500 dan indeks Nasdaq menambah kenaikan kecil untuk memperpanjang kenaikan beruntun mereka karena investor mempertimbangkan komentar pejabat Federal Reserve untuk mencari indikasi atau petunjuk mengenai jalur suku bunga dan fokus pada arah imbal hasil Treasury.
Imbal hasil Treasury Amerika telah turun tajam sejak obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan mencapai 5% pada akhir Oktober, karena komentar dari pejabat Fed dan data tenaga kerja yang lebih lemah, menyebabkan meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral telah mencapai akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.
Pasar mengantisipasi sekitar peluang 50% untuk penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada bulan Mei, menurut CME FedWatch Tool, naik dari sekitar 41% pada minggu sebelumnya. Namun, komentar dari beberapa pejabat bank sentral selama beberapa hari terakhir masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan, sehingga menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor.
Investor masih dalam ketidakpastian dalam rencana jalur suku bunga Federal Reserve. Ketidakpastian ini muncul setelah bank sentral mengindikasikan tidak ada pengetatan lebih lanjut pada minggu lalu.
Para pejabat, termasuk Austan Goolsbee, sedang menunggu tanda-tanda yang lebih jelas dari tren penurunan inflasi dan pasar tenaga kerja yang lebih lemah sebelum mengambil sikap.
Ketua Fed Jerome Powell tidak mengomentari kebijakan moneter dalam pidato pembukaannya di konferensi statistik bank sentral AS pada hari Rabu semalam. Dia dijadwalkan untuk berbicara pada konferensi lain pada hari Kamis.
Dolar stabil terhadap euro pada hari Rabu dan menguat terhadap yen karena konsolidasi setelah aksi jual tajam minggu lalu yang disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan bahwa Federal Reserve telah mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.
Para pedagang juga tetap mewaspadai potensi intervensi terhadap mata uang Jepang karena mata uang tersebut naik di atas level 151 terhadap dolar, yang merupakan level terlemahnya dalam seminggu.
Banyak ekonom dan analis memperkirakan perekonomian AS akan melambat pada kuartal keempat, sehingga kecil kemungkinannya untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dan akan melemahkan daya tarik greenback. Namun, dolar mungkin terus menguat dalam jangka pendek karena pulih dari aksi jual minggu lalu, meski dianggap oleh sebagian pelaku pasar sebagai tindakan berlebihan.
Reserve Bank of Australia (RBA) pada hari Selasa menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 12 tahun, mengakhiri kebijakan stabil selama empat bulan, namun melemahkan bias pengetatan untuk membuatnya lebih bergantung pada data yang masuk.
Harga minyak turun lebih dari 2% pada hari Rabu ke level terendah dalam lebih dari tiga bulan di tengah kekhawatiran berkurangnya permintaan di AS dan Tiongkok. Selain itu, faktor yang juga membebani harga adalah cadangan minyak mentah Amerika yang naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, mengutip angka dari American Petroleum Institute.
Harga emas turun untuk sesi ketiga berturut-turut karena investor mencari petunjuk baru mengenai sikap suku bunga bank sentral Amerika.
Sejumlah pejabat Federal Reserve pada hari Selasa mempertahankan sikap yang seimbang terhadap keputusan bank sentral berikutnya, namun mencatat bahwa mereka akan fokus pada lebih banyak data ekonomi dan dampak dari imbal hasil obligasi jangka panjang yang lebih tinggi.
Outlook S&P500 (US500)

